Kamis, 28 Januari 2016

Takdir


Banyak kata yang terucap sia-sia, 
Namun tak dapat diserap oleh hati. 
Ini adalah permainan dalam hidup. 
Dan aku yang tersesat didalamnya. 
Yang ku inginkan kamu, bukan yang lain. 
Tapi, takdir itu seperti petir. 
Dapat datang dan menyambar seketika, 
Tanpa aku dan kamu tahu. 

Takdir bukan seperti air, cinta dan rasa.
Yang bergulir dan mengalir sekehendak hati. 
Jangan kamu tanya berapa ribu sesal 
yang mengendap di dasar hatiku.
Takkan dapat kau hitung dengan jemarimu
Ingin rasa ini menyentuh awan, 
tapi kaki ku masih menginjak bumi. 
Bagaimana aku bisa? 

Kamu dan aku bukan masalah jarak dan waktu.
Semua karena takdir dan ketidak berdayaanku. 
Kini, biarlah aku mengecap rasa pahit itu sendiri. 
Di bumi tempatku berpijak kini, 
Diatas tanah yang mulai mengering 
Untuk melihatmu bahagia 
Aku tak akan berpaling atau bergulir. 

Cinta bukanlah rasa yang dapat ditepis
Semuanya tersimpan rapat, tak terusik. 
Kini siapa yang dapat menjawab? 
Begitu banyak hal mustahil 
ingin kumiliki di dunia ini. 
Kini siapa yang harus disalahkan? 
Apakah aku dan persaanku? 
Ataukah kamu dan keegoisanmu?

Takdir......
Alasan diri  dalam pilihan terbaik.
Kurasa kamu sudah menerima takdirmu
Tanpa perlawanan, tanpa kata, tanpa melihat
Bagaimana bisa kau bersikap seacuh itu? 
walau kini aku sudah merelakanmu,
 Keacuhanmu kian menyiksaku. 

Kau ingat padaku hanya ketika mentari terbit, 
Dan melupakanku disaat mentari telah tenggelam. 
Seiring dengan pudarnya warna jingga di langit, 
Detik demi detik itu sedikit demi sedikit 
Kau mulai melupakanku dan akhirnya tak mengingatku sama sekali